Langsung ke konten utama

Postingan

Apa tugasmu dan tugas orang lain dalam hidup ?

 Memisahkan antara tugas orang lain dan tugasmu sendiri      Masih berhubungan dengan berhenti untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Individu memiliki tugasnya sendiri. Tugas yang dimaksud adalah tugas kehidupan, sebagai individu yang memiliki kebebasan. Lalu, apa yang dimaksud dengan tugas kita dan tugas orang lain. Cara sederhana untuk pembagian tugas dan mengetahui tugas milik siapa itu dengan sebuah pertanyaan "Siapa yang nanti akan menerima hasil akhir yang muncul akibat pilihan yang diambil?". Dengan mengenal diri sendiri lebih dalam pertanyaan tersebut dapat dijawab.       Sebagai gambaran aku ingin membahas sebuah manga/anime yang bisa menjadi referensi untuk lebih memahami tentang pembagian tugas. Sebuah anime yang menurutku mengajarkan arti bahwa orang baik dan lemah itu berbeda. Anime berjudul Tokyo Ghoul yang dirilis tahun 2014, anime ini cukup populer saat itu.            Sebagai bukti adalah banyak orang yang bercosplay menjadi tokoh utama series ini. Kaneki Ken
Postingan terbaru

Mentutup Telinga Seperti Karna, Berhenti mendengarkan ekspektasi orang lain.

Kamu tidak harus menjadi "penurut" ekpektasi orang lain     Istilah  berhentilah mengejar pengakuan atau berhenti memenuhi ekspektasi orang lain cukup sering melintas di timeline media sosial. Topik ini mungkin terasa membosankan karena diulang-ulang terus menerus. Tetapi fenomena ini sebenarnya cukup umum dijumpai, dikarenakan hal ini sedang kita rasakan sekarang. Ketika dalam kehidupan sosial individu dituntut untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan secara tidak tertulis dimasyarakat. Misal, umur 30 tahun namun belum menikah, secara umum komentar yang keluar dari masyarakat tidak enak didengar oleh telinga dan membuat hati ini muak. Apalagi bila situasi ini dialami oleh perempuan. Misal lainnya, situasi ketika individu dituntut untuk memiliki kendaraan, rumah, bisnis, karir yang mapan dalam usia yang begitu muda. Sah-sah saja jika memang memiliki kemampuan untuk mewujudkan itu. Tapi, ada faktor lain yang masyarakat masa bodoh dengan itu. Previlage, keluarga, tanggungan

Perilaku Komplek inferioritas

 "Teman baik"  yang merasa paling menderita      Akhir-akhir ini tidak sedikit menjumpai orang yang saling beradu nasib, siapakah yang paling menderita di antara yang lain. Semakin masif dengan adanya media sosial orang menjadi terfasilitasi untuk menshare apa yang mereka alami dan rasakan pada hari itu juga. Mereka ingin membagi beban/kesedihan/kekecewaan/nasib buruk yang mereka alami. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat terputus dari orang lain, hal tersebut sah-sah saja dilakukan, terlebih ada sensasi untuk melepas perasaan negatif tersebut dan merasa berharga sebagai manusia. Tapi, ada kalanya kita menjumpai adu nasib ini terasa menyebalkan, disaat diri kita ingin membagi penat dan beban yang dirasakan, belum sampai pada opening sudah di cut oleh "Teman Baik" kita. Malahan "Teman Baik"  kita ini yang menyerobot bercerita masalahnya, plus dengan mengeluarkan kalimat sakti "elu masih mending lah gw,....." .  Yang awalnya ingin berbagi penat